Thursday, March 29, 2007

PERI KEBINATANGAN

hi all,
i just read about the treatment of some people on their pet..some animal treated as a human as like happen in hongkong..so i write how about 'perikebinatangan' that's opposite to 'human being' (perikemanusiaan".. the world is crazy ... peter pan sing a song with lyric : duniaku, tak dapat kumengerti/ kaki di kepala/ kepala di kaki...
enjoy this colomn :

KOPI PAGI
Fakhrunnas MA Jabbar

PERIKEBINATANGAN

TEMBANG anyar Peter Pan yang berlirik bolak-balik :”pikiranku, tak dapat kumengerti, kaki di kepala, kepala di kaki…” bolehlah menggambarkan bagaimana semrawutnya pemikiran umat manusia. Sesuatu yang semestinya menurut ukuran nilai-nilai normatif manusia harus disepelekan, tiba-tiba berubah jadi maha-penting. Sebaliknya, sesuatu yang esensial dalam kehidupan ini begitu mudahnya disepelekan. Inilah kehidupan duniawi yang penuh pernak-pernik sejalan dengan perkembangan pola pikir manusia.
Kantor berita AFP (5/1) melaporkan sebuah berita aneh. Di kota Ilan, Taiwan dilangsung pesta perkawinan yang tak lazim yakni dua ekor babi berlainan jenis. Sepasang babi yang bertekad menjadi pasangan sehidup semati itu disandingkan dengan memakai baju pengantin lengkap dengan segala aksesorisnya. Tak kurang dari 400 undangan -jenis bukan babi, tentu saja- menghadiri pesta perkawinan yang jarang terjadi itu. Hebatnya lagi, para undangan juga bawa hadiah perkawinanan berupa uang saweran yang sudah ditetapkan sebesar TWD 100 (setara dengan Rp. 27 ribu).
Ide perkawinanan itu muncul dari seorang warga Taiwan, Hsu Wen-chuan pemilik usaha peternakan babi di kota Ilan. Hsu ingin salah satu babi jantan peliharaannya bernama Shui Fu-ko bisa punya keluarga sendiri. Untuk meraih ambisianya, Hsu sampai memasang iklan lewat internet untuk mencarikan jodoh bagi Fu-ko kelahiran Desember 2005 itu.
Dalam ikllan itu, Hsu menyatakan Fu-ko dan pasangannya nakal hidup bahagia dalam sebuah kandang mewah yang memiliki kolam renang dan pemandangan gunung. Iklan ini disambut seorang peternak lain bernama Huang Pu-pu yang punya seekor babi betina. Akhirnya sepasang babi itu dinikahkan secara resmi oleh seorang pejabat pemerintah setempat. Oleh sebab itu jangan heran bila kedua babi ini mendapat sertifikat plus pemberkatan dari sebuah gereja setempat. Selidik punya selidik, ternyata Hsu sengaja mengawinkan babi kesayangan itu guna ikut menyambut datanganya Tahun Babi pada Hari Raya Imlek, 18 Februari ini.
Lantas, untuk apa digunakan uang saweran para undangan? Uang itu digunakan untuk amal dengan cara membeli mobil bagi anggota jemaah gereja yang mengalami gangguan mental. Nah, benar-benar rumit ‘kan? He he
Peristiwa ini bolehlah menjadi pertanda betapa semakin tingginya nilai-nilai peri-kebinatangan dalam hidup ini. Mudah-mudahan, peri-kebinatangan itu tidak mengancam nilai-nilai peri-kemanusiaan yang cenderung kian tergerus oleh perubahan zaman. Deraan dukacita dan tantangan kehidupan yang kian sulit di hampir seluruh dunia telah menempatkan manusia dalam posisi yang tersudut. Tak sedikit di antaranya yang gagal bertahan sehingga hidup mereka pun mengadopsi cara-cara binatang seperti ungkapan Machiavelli : “menghalalkan segala cara..”.
Ihwal binatang kesayangan yang dipelihara manusia memang banyak ragam kisahnya. Banyak sekali manusia yang hidup serumah dengan binatang-binatang itu dengan ikatan emosional yang luar biasa. Jenis binatang yang dipelihara pun makin lama semakin komplit. Mulai dari harimau, anjing, ikan, kucing, burung, ular, kelinci hingga herwan purba, iguana. Kasih sayang yang diluahkan untuk binatang kesayangan itu kadangkala sangat berlebihan. Seorang kolega saya bercerita bagaimana seorang kaya -sahabatnya- memelihara seekor monyet yang tidur seranjang bertiga dengan istrinya. Hebatnya lagi, monyet itu tidur di tengah-tengah. Tapi sial, suatu malam, monyet itu tiba-tiba mengamuk sampai menggigit telinga tuannya. Cemburukah Sang Monyet pada istri tuannya? Ow, tunggu dulu. Ternyata saat tidur, Si Tuan sempat menghimpin bagian tubuh monyet sehingga merasa kesakitan dan balas dendam…
Masih banyak cara mengistimewakan binatang kesayangan yang terus berlangsung di dunia ini. Ada lomba merias binatang, fashion show atau lomba atau adu kehebatan lainnya. Bahkan, banyak sekali kelompok penyayang binatang yang bermunculan untuk membela hak-hak asasi binatang. LSM besar dunia seperti Greenpeace sdan WWF berulangkali melakukan protes eksploitasi dunia binatang yang dilakukan manusia seperti penangkapan atau pencemaran atas habitat ikan paus atau perburuan hewan liar yang kian langka. Termasuk, menjadikan hewan langka yang diawetkan itu dijadikan pajangan di ruang tamu. Bahkan, organisasi -organisasi tersebut pernah memprotes para selebriti dunia yang doyan mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit ular, harimau atau hewan lainnya.
Harga binatang peliharan ini pun makin lama meningkat tajam. Bukan berita yang mengejutkan bila ada harga burung atau kucing peliharaan mencapai ratusan juta rupiah. Itulah sebabnya, binatang-binatang peliharaan itu disayangi mati-matian. Sebuah survei di Jepang menunjukkan binatang peliharaan terutama anjing dan kucing ternyata memiliki usia hidup lebih lama. Hampir separuh dari anjing peliharaan di negeri itu mencapai usia 7 tahun atau setara dengan usia 50 tahun pada manusia. Analisis Asosiasi Produsen Makanan Binatang Peliharaan (PFMA) di negeri Geisha itu melansir sebagai akibat kian bagusnya kualitas makanan hewan dan tingkat perawatan yang makin sempurna.
Manusia dan binatang itu sebenarnya dipisahkan oleh sehelai benang saja. Ada sebuah pepatah Arab begini : al insaanu ahayawanun natiqah (manusia itu adalah hewan yang berakal). Maknanya, selagi manusia masih menggunakan akal sehatnya maka sempurnalah kemanusiaannya. Tapi bila akalnya sudah tiada atau menjauh dari rasionalitas maka perilaku kebinatanganlah yang akan muncul ke permukaan.
Ajaran bijak ‘alam terkembang jadi guru’ yang sangat terkenal di ranah Minangkabau mengingatkan kita agar selalu belajar dari alam termasuk binatang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebenarnya sudah memulainya jauh hari. Bagaimana, gaya aerodinamis pada pesawat terbang dan kapal ternyata mengadopsi format tubuh burung. Begitu pula, teknologi pesawat terbang bersandar pada pola burung terbang yang mengepakkan sayapnya.
Sayangilah binatang, kata manusia. Jangan sampai binatang-binatang suatu kelak akan berucap pula : “sayangilah manusia.” Ini maknanya betapa sudah hancurnya kebudayaan dan peradaban kita. ***

No comments: