Wednesday, January 23, 2008

MENZALIMI BANGSA SENDIRI

Dear All Lovely Reader,
There are many tragedy and synicsm situation in our country. A people kill the others by easily caused the light reason. The other side, many people have no appreciation to others. Where is the ethics and norm position which created by religion and custom?
This article is a contemplation about our humanity problem here...



KEGEMARAN MENZALIMI BANGSA SENDIRI

BELASAN tahun silam, saya pernah membaca sebuah berita di suratkabar tentang perkembangan ilmu biologi di AS. Sejumlah ilmuwan berhasil menimbang berat nyawa manusia. Kalau tak salah hanya 0,001 gram. Cara pengujiannya sederhana. Tim peneliti ini menjadikan sebagai obyek. Pasien-pasien itu berada di atas timbangan khusus yang dengan mudah diketahui penurunan berat badannya ketika sudah menghembuskan napas terakhirnya.
Apa makna semua itu? Begitu ringannya berat nyawa seseorang sehingga tragedi kemanusiaan begitu mudah terjadi di mana-mana. Pembunuhan, peperangan, perkelahian atau tindakan saling melenyapkan jnyawa hanya gara-gara persoalan sepele. Sedihnya, pelaku kejahatan kemanusiaan itu tak lain orang-orang terdekat dalam hubungan keluarga atau sekurang-kurangnya bangsa sendiri.
Sudah sejak lama di negeri yang dulunya punya nilai peradaban kemanusiaan yang tinggi tiba-tiba semakin mudah menzalimi bangsa sendiri. Apa yang ditayangan sejumlah TV swasta dari hasil investigasi yang menggunakan hidden camera kamera tersembunyi) tentang pemalsuan berbagai produk makanan, obat-obatan dan komsetika membuat hati menjadi terenyuh dan pilu. Tak ada lagi produk yang tak dapat dipalsukan dengan segala tipu-helah yang tak tanggung-tanggung.
Siapa duga, minuman Aqua dan jenis lainnya yang dijajakan di pinggir jalan besar kemungkinan produk palsu yang tidak higienis sama sekali. Belum lagi, minuman botol atau penganan lainnya yang menggunakan zat pewarna tekstil yang sangat membahayakan kesehatan. Lain lagi, produk kosmetik dan peralatan mandi seperti sampho dan sabun cair yang dibuat serampangan dengan bahan-bahan yang tidak sehat sehingga bukannya makin membersihkan diri tapi justru membuat tubuh kian gatal-gatal.
Belum hilang dari ingatan kita bagaimana penggunakan formalin (zat pengawet mayat) atau zat borax untuk mi basah yang banyak beredar di pasaran. Konon, efek formalin ini terhadap organ-organ tubuh membuat kondisinya menjadi kaku atau berdampak pada munculnya kanker. Belum lagi produk-produk makanan lainnya yang juga disepuh dengan formalin termasuk ikan dan daging yang setiap wkatu di makan secara turun turun-temurun. Akumulasi zat pengawet itu dalam jangka panjang di dalam organ-organ vital tubuh, amat sulit dibayangkan.
Seorang teman sempat berseloroh, kenapa bangsa kita tidak lagi memiliki sensitifitas perasaan yang memberi nilai peradabannya? “Jangan-jangan, hati kita sudah benar-benar membeku karena pengaruh jangka panjang formalin itu. Jangan-jangan pula, hati kita sudah mati alias tak bernyawa lagi karena digerus zat pengawet mayat itu…” kata sang teman.
Dalam beberapa waktu terakhir, negeri kita dihebohkan oleh berita peredaran produk makanan dari Cina yang jelas-jelas mengandung formalin atau zat kimia berbahaya lainnya. Bonbon warna-warni yang biasa dipajang secara menarik di supermarket-supermarket selama ini ternyata ‘monster’ yang setiap saat siap menggerogoti imunitas tubuh terutama anak-anak yang rentang kesehatannya.
Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari hanhya dapat mengimbau agar masyarakat mewaspadai produk Cina. Sebab, dari sekitar 17 ribu produk yang masuk sebagain besar tak punya izin. 70 persen dari bahan baku obat yang masuk ke Indonesia berasal dari Cina. Sayangnya bahan baku itu tak terkontrol oleh Departemen Kesehatan dan BPOM. Penarikan produk Cina bermasalah itu memerlukan dana yang cukup besar pula.
Pemalsuan yang paling fatal justru terjadi dalam dunia obat-obatan yang banyak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya bila disantap dalam dosis yang berlebihan. Hasil investigasi TV swasta menunjukkan obat-obatan yang tak terpakai lagi, saat dibuang ke tong sampah ternyata dipungut oleh para pemulung yang dijual pada agen-agen pemalsu obat. Bayangkan bila obat-obatan yang sudah kadaluwarsa tiba-tiba diminum oleh orang yang sakit. tentulah bukan kesembuhan yang akan didapat melainkan kematian.
Untuk obat-obat palsu begini, kalau pun ingin dibuat iklan publiknya cukup mencantumkan kalimat begini :”Bila sakit berlanjut, hubungi Dinas Pemakaman..” He he.
Siapa pelaku tindak pemalsuan itu? tak lain adalah bangsa sendiri yang tega menzalimi saudara-saudara dan sanak keluarga serta kerabatnya yang tersebar di mana-mana. Andai saja, anak kandung mereka sendiri yang jadi korban, penyesalan apakah yang dapat diungkapkan karena sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian pengeluaran eh, tak berguna.
Masyarakat sebagai konsumen dari produk-produk konsumtif itu benar-benar tak berkuasa untuk mengelak dari kejahatan-kejahatan pemalsuan yang semakin menggila ini. Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), institusi pemerintah yang bertugas melakukan pengawasan atas perederan obat dan makanan di negeri, nyaris tak bisa menyaingi kecepatan kerja para pemalsu yang kini jaringannya sudah sampai ke mana-mana. Seperti peredaran narkoba dan obat-obat terlarang yang sudah sampai di ruang-ruang kelas Sekolah Dasar.
Begitu pula, inisiatif Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) juga tak berdaya menghadapi gerakan sporadis para pemalsu obat dan makanan yang tak kunjung berhenti. Sampai kapankah semua ini bisa berakhir? Upaya yang paling nyata hanya dapat dimulai dari rumah tangga. Pengawasan langsung para orangtua amat menentukan untuk mengawasi gerak-gerik yang mencurigakan dari anak-anak yang menjadi korban atau kecanduan obat dan makanan yang berbahaya ini.
Bagaimanakah status hkum dalam agama soal penggunaan bahan pengawet seperti formalin dan sejenisnya? MUI Jateng mengeluarkan fatwa bahwa makanan yang menggunakan formalin, boraks atau pun zat berbahaya haram hukumnya bila dikonsumsi. Kalau sudah merebak ke wilayah spiritual agama ini, dosa sebesar apa lagi yang mesti ditanggung para pemalsu yang menzalimi bangsanya sendiri? ***

1 comment:

Unknown said...

Saya sebenarnya tidak setuju dengan kamera tersembunyi. Tayangan rahasia itu jika ditayangkan, sama ibaratnya seperti tutorial bagi masyarakat untuk melakukan hal yang sama. jika yang ditayangkan adalah cara melakukan pencurian gas, jadinya orang yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu. jika dia kepepet, maka dia akan melakukan hal yang sama. apalagi jika dia punya kesempatan.