Wednesday, February 11, 2009

ORANG-ORANG PILIHAN

Dear Lovely Reader,
All people have a dream to be come selected people during in their life. But,m not all of them can be. We should effort to get it...whenever and whereever..!

IWAN FALS pernah melambungkan lagu ‘Aku Bukan Pilihan’. Padahal, hamper semua orang di dunia ini punya mimpi menjadi orang pilihan. Orang yang mempunyai kelebihan disbanding orang kebanyakan. Orang yang mempunyai keistimewaan. Orang-orang serupa ini tentu boleh berasal dari kalangan mana saja. Tak harus orang kaya, berpangkat atau aristokrat. Orang pilihan boleh muncul dari seleksi alamiah atau hasil tempaan pengalaman yang tak terduga.
Puasa Ramadhan merupakan kawah penempaan keimanan seseorang. Banyak ujian dan cobaan yang disuguhkan melalui aturan-aturan ritual syar’iyah yang tak dapat diganggu-gugat. Ada aturan main yang ketat perlu dijalani bila ingin mendapatkan hasil optimal dari tempaan puasa itu. Sebagaimana janji Allah, orang yang dinyatakan lulus ujian selama tempaan Ramadhan itu tak lain insane yang taqwa (La’allakum tattaquun).
Puasa Ramadhan dapat ditamsilkan sebagai perkuliahan singkat (short course) yang amat menentukan perjalanan keimanan seseorang. Banyak tindakan paradoksal yang diperlihatkan Allah kepada semua umatnya agar benar-benar teruji. Bayangkan, selama sebulan penuh, seorang Muslim harus melakukan ritual puasa dalam arti yang substansial : tak boleh makan, minum dan berhubungan badan dengan pasangannya pada siang hari. Padahal, di luar bulan Ramadhan, justru perbuatan-perbuatan halal itu begitu mudah dan nikmat dilakukan.
Puasa Ramadhan bisa menjadi batu ujian yang hasilnya sangat terukur. Setiap orang benar-benar dibuat mengalami culture shock karena hal-hal yang lazim dilakukan tiba-tiba berubah diharamkan. Ini dimaksudkan agar muncu kesadaran baru untuk menghargai sesuatu yang selama ini begitu mudah diraih. Coba renungkan, bagaimana mungkin orang-orang yang berlimpah harta tiba-tiba dibatasi untuk menikmati sesuatu. Daya tahan untuk mengikuti syariat puasa itulah sebenarnya menjadi dasar ujian keimanan itu. Bagi orang yang kuat menjalaninya dengan dorongan keimanan dan kesabaran, niscaya hasilnya akan sangat menggembirakan.
Tetapi, Allah tidak semata memberikan ancaman-ancaman belaka bagi orang yang mengingkari syariat puasa itu. Sebaliknya, bagi orang yang sungguh-sungguh melaksanakannya selama sebulan penuh, Allah berjanji akan mengampuni dosa-dosanya yang sudah berlalu. Sebuah hatits Rasulullah berbunyi: Man shoma ramadahana imanan wahtisaban, ghufirolahu ma taqaddama min zambih..(Barang siapa yang yang bersuka-cita memasuki bulan suci Ramadhan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang lalu). Nikmat apa lagi yang lebih besar dibandingkan adanya pengampunan dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Selain itu, Allah juga menjanjikan akan mengampuni dosa-dosa seseorang bila ikut mendirikan (man qoma) Ramadhan dengan melaksanakan ritual sunnah dengan tetap menjaga kemuliaan bulan Ramadhan itu. Sebutlah, amalan sholat tarawih, witir, tadarus al Quran, dzikir, tahajjud, I’tiqaf di dalam masjid dan sebagainya. Ibarat short course tadi, amalan-amalan itu menjadi analog dengan materi pembelajaran selama kursus berlangsung. Termasuk ketaatan untuk hadir dalam setiap sesi pelajaran yang cukup beragam.
Selama Ramadhan pula, Allah memberikan kelipatan pahala atas setiap amal yang dilakukan. Amalan wajib di bulan biasa mempunyai kelipatan pahala mencapai 70 kali. Amalan sunnah di bulan Ramadhan dinilai setara dengan amalan wajib. Bonus-bonus serupa ini semestinya menjadi daya tarik (magnitude) bagi setiap orang untuk berlomba-lomba berbuat amal-kebajikan. (Fastabiqul khairat). Jadi, Allah benar-benar menerapkan reward and punishment sejati. Artinya, orang yang berprestasi akan diberi penghargaan. Sebaliknya orang yang gagal atau kalah menjalani Ramadhan ini juga akan mendapat kelipatan dosa dan ganjaran yang besar.
Lebih 1,2 miliar orang Muslim di dunia yang menjadi peserta short course Ramadhan selama sebulan penuh itu. Setiap orang tentu saja berharap meraih kelulusan yang paling sempurna (summa cumlaude). Para lulusan sempurna inilah sesungguhnya yang menjadi orang-orang pilihan di mata Allah. Nilai kemuliaan yang dijunjungnya tentu tak hanya sebatas kasat-mata lebih dari itu akan terpancar dari sikap dan perilakunya di bulan-bulan berikutnya.
Sama saja dengan orang yang meraih haji mabrur, jangan pernah diukur dari lilitan sorbannya. Namun, lebih teteroka melalui sikap dan tingkah-lakunya. Sebab, untuk menjadi orang-orang pilihan hasil tempaan Ramadhan atau para haji Mabrur, tidak akan tanda-tanda fisik yang mengukuhkannya.
Orang-orang pilihan Ramadhan hasil tempaan selama sebulan ‘diwisuda’ pada 1 Syawal dengan merayakan Idul Fithri. Betapa indah dan nikmatnya sebuah proses tempaan jiwa dan keimanan yang terstruktur dan terjadwal sehingga mampu memberikan motivasi bagi seseorang untuk meningkatkan amal-kebajikannya. Keyakinan diri akan meraih predikat ‘orang-orang pilihan Ramadhan’ itu tentu tak semudah proses assesment atau fit and proper test yang banyak dilakukan dalam ketatanegaraan kita. Perbedaan yang paling mendasar, pihak penilai dalam menentukan orang-orang pilihan Ramadhan adalah Allah yang mempunyai sifat Maha Adil yang tak ada bandingannya dalam kehidupan umat manusia.
Ketika 1 Syawal datag, lihatlah kumpulan orang-orang pilihan Ramadhan yang patut merayakan kemanangan atas keberhasilannya menaklukkan hawa nafsu yang menggerogoti keimanannya selama ini. Prestasi menaklukkan hawa nafsu yang menjadi esensi puasa Ramadhan memang tak mudah diraih. Apalagi Rasulullah pernah menuturkan di dalam sebuah hadits, begitu usai Perang Badar yang dipandang sebagai perang terbesar dalam perababan umat Islam menaklukkan kaum kafir. Rasulullah bersabda : “sesungguhnya perang yang lebih besar adalah perang melawan hawa nafsu.”
Mudah-mudahan, diri kita termasuk salah seorang di antara banyak orang dalam deretan ‘orang-orang pilihan’ di mata Allah. ***

No comments: